Literasirakyat.com – Jakarta, 3 Juni 2025. Kota Tua Jakarta, yang dahulu dikenal dengan nama Batavia, bukan sekadar destinasi wisata bersejarah.
Di balik bangunan-bangunan kolonial dan kanal-kanal tua, tersimpan kisah masa lampau yang penuh kejayaan sekaligus misteri yang membuat bulu kuduk berdiri.
Kawasan ini tidak hanya menjadi saksi bisu masa kolonial, tapi juga menyimpan cerita-cerita yang belum terpecahkan hingga kini.
Dari museum hingga pelabuhan, Kota Tua seolah memiliki dua wajah, satu adalah sejarah yang terang, dan satunya lagi adalah sisi gelap yang tak kasatmata.
Sejarah Kota Tua dimulai jauh sebelum kedatangan Belanda. Pada tahun 1526, kawasan ini sudah dikenal dalam catatan Kesultanan Demak.
Namun, tonggak pentingnya dimulai ketika Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) mendirikan Batavia pada tahun 1619 sebagai pusat perdagangan Asia Tenggara.
Rancangan kota ini mengikuti model Eropa, lengkap dengan benteng pertahanan, kanal air seperti di Amsterdam, dan gedung-gedung bergaya arsitektur klasik yang megah.
Banyak bangunan ikonik yang masih berdiri kokoh, seperti Museum Sejarah Jakarta, Toko Merah, hingga Cafe Batavia, yang kini menjadi saksi bisu perjalanan zaman.
Meski menawan di siang hari, banyak bangunan di Kota Tua menyimpan cerita misteri yang menciptakan nuansa berbeda ketika malam menjelang.
Museum Wayang: Dikenal bukan hanya karena koleksi wayangnya yang luar biasa, tetapi juga karena kisah angkernya. Suara gamelan tradisional konon kerap terdengar di malam hari — meski museum dalam keadaan kosong.
Museum Sejarah Jakarta: Dulunya adalah Balai Kota Batavia, museum ini menyimpan “lonceng kematian” yang dikabarkan berbunyi sendiri.
Pengunjung juga sering mencium aroma amis darah dan mendengar suara tangisan samar di ruang bawah tanah, yang dulunya digunakan sebagai penjara.
Penjara Wanita: Masih di kompleks museum yang sama, ruang bawah tanah ini diyakini dihuni arwah perempuan.
Suara jeritan dan musik klasik era kolonial sering dilaporkan terdengar dari ruangan ini, terutama saat malam tiba.
Pohon Tengkorak: Di halaman tertentu terdapat sebuah pohon yang dipercaya sebagai tempat pembuangan kepala tentara yang dipenggal.
Beberapa pengunjung mengaku melihat penampakan tengkorak menggantung di sekitarnya.
Toko Merah: Bangunan tua ini dulunya menjadi tempat penyiksaan etnis Tionghoa pada masa kelam sejarah Batavia.
Tangisan wanita dan suara langkah kaki berat tentara sering terdengar dari lantai atas, terutama saat bangunan sepi.
Cafe Batavia: Di balik suasana elegan restoran ini, tersimpan kisah penampakan pria dengan leher hampir putus yang sering terlihat di area kamar kecil pria.
Pelabuhan Sunda Kelapa: Sebagai pelabuhan utama sejak abad ke-16, lokasi ini juga menjadi tempat penampakan hantu pelaut yang konon bergelantungan di kapal-kapal nelayan dan feri saat malam hari.
Jembatan Kota Intan: Jembatan tua ini menjadi tempat munculnya sosok noni Belanda berdiri diam di tengah malam. Tidak jarang pula terlihat bayangan pasukan kolonial yang “berpatroli” dalam diam.
Kota Tua Jakarta bukan hanya menyimpan nilai historis tinggi, tapi juga menjadi ruang belajar yang menarik, mulai dari arsitektur kolonial, sejarah perdagangan internasional, hingga kebudayaan yang beragam.
Bagi para pelajar, peneliti, hingga wisatawan, kawasan ini menawarkan kesempatan untuk belajar langsung dari situs sejarah.
Sementara bagi mereka yang menyukai dunia misteri, Kota Tua memberikan pengalaman berbeda yang menggabungkan nuansa tempo dulu dengan cerita-cerita mistis yang membekas.
Kesimpulan: Kota Tua Jakarta adalah cermin masa lalu yang tetap hidup di tengah hiruk-pikuk ibu kota modern.
Baik sebagai tempat belajar sejarah maupun menjelajah cerita misteri, kawasan ini menyimpan pesona yang tak lekang oleh waktu.***